komponen-komponen kurikulum


Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a. tujuan yang ingin dicapai, b. materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan, c. susunan materi/pengalaman belajar dan d. evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai (Tyler, 1949).

Komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Komponen-komponen tersebut adalah
a.       Komponen Tujuan

Tujuan kurikulum mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, ditetapkan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.

Secara makro tujuan pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan bersifat otonom sehingga mampu melaksanakan inovasi untuk menuju lembaga yang beretika, menggunakan nalar, social yang positif dan SDM yang tangguh. Secara mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, selanjutnya bertanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur.

Zais (1976), mengandaikan tujuan sebagai target, makin dekat target itu maka makin mudah dibidik. Tujuan yang dekat dan spesifik itu dengan mudah dapat dicapai guru waktu pelajaran berlangsung, ini disebut tujuan intruksional.

Jadi, tujuan umum menyangkut hasil proses umum pendidikan seperti berbudi pekerti luhur. Tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi (sekolah). Tujuan instisusional dijabarkan menjadi tujuan bidang studi tertentu yaitu tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler dijabarkan menjadi lebih spesifik lagi yaitu tujuan instruksional.

Sebelum memahami istilah tujuan ada dua istilah utama yang harus di pahami yaitu “Goals” dan “Objectives”. Goals cenderung lebih menekankan pada tujuan yang bersifat umum dan belum bisa diukur dalam asfek perubahan perilaku peserta didik. Objectives cenderung mengarah pada pemahaman mengenai tujuan yang sudah dapat diukur dalam asfek perubahan perilaku peserta didik.

Kawasan Goals & Objectives
Hirarki tujuan pendidikan dan pembelajaran!

1.    Tujuan Pendidikan Nasional
2.    Tujuan Institusional
3.    Tujuan Kurikuler
4.    Tujuan Pembelajaran Umum
5 Kaitan Tujuan-tujuan Pendidikan
Menurut Bloom, dengan bukunya Taxonomy of Educational Objectives terbitan 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam 3 domain, yaitu:
1.    Domain Kognitif
Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual seperti mengingat dan memecahkan masalah. Domain kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisa, sintesis dan evaluasi.
2.    Domain Afektif
Afektif berkenaan dengan sikaf, nilai-nilai dan afresiasi. Domain ini memiliki tingkatan, yaitu; penerimaan, merespon, menghargai, mengorganisasi dan karakterisasi nilai.
3.    Domain Psikomotor
Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Dan tingkatannya yaitu ; persepsi (perception), kesiapan, meniru (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption) dan menciptakan (organization) dan Tujuan Pembelajaran Khusus.

b.      Komponen Materi

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau    topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.

2)Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.

3) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi :

a.Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur  keilmuan.

b.Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.

c.Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.

Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai berikut:

a.Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.

b.Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.

Materi kurikulum mengandung asfek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan kurikulum, yang meliputi :

1.Teori                        6. Fakta

2.Konsep                    7. Istilah

3.Generalisasi             8. Contoh atau ilusterasi

4. Prinsip                    9. Definisi

5.Prosedur                 10. Preposisi

Hilda Taba (1962:267), kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu :

a.Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan mutakir.

b.Relevan dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya.

c.Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.

d.Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.

e.Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.

f.Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.

Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan pengalaman peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar. Menurut Taba (1062), kegiatan belajar menimbulkan pengalaman belajar (Taba, 1962).

c.        Komponen Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dalam mencapai tujuan kurikulum. Metode lebih menekankan pada kegiatan guru dan disebut dengan istilah lain strategi pembelajaran.

Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu. T. Rakajoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan dosen-mahasiswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mecapai tujuan yang telah ditentukan.

Perlu diperhatikan; Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk pemanfaatan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembeajaran. Kedua, strategi disusun untuk tujuan tertentu. Jadi metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Maka itu satu strategi dapat digunakan beberapa metode.

Metode pmbelajaran mempunyai fungsi penting dalam kurikulum. Karena itu penyusunannya harus berdasarkan analisis tugas yang mengacu pada tujuan kurikulumdan berdasarkan perilaku awal siswa (entry behavior).

Dalam kajian ini ada 3 alternatif pendekatan yang dapat digunakan yaitu :

1.Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject oriented).

2.Pendekatan yang berpusat siswa (student oriented).

3.Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat (social oriented).

Landasan dalam tolak ukur untuk pemakaian jenis metode yaitu bahwa “ tidak ada metode satupun yang dapat dikatakan lebih baik, namun metode pembelajaran hendaknya bersipat multi metode”. Untuk memilih metode perlu pendekatan sebagai pedoman, ada beberapa pendekatan yaiti; Pendekatan Heuristik, adalah pendekatan yang sifatnya menyampaikan informasi termasuk metode ceramah dan sejenisnya. Pendekatan Ekspositorik, yaitu pendekatan yang sifatnya praktek, termasuk percobaan, observasi, discovery inquiri dan sejenisnya.

Rowntree (1974), strategi pembelajaran dibagi atas Strategi Exposition dan Discovery Learning; serta strategi Groups dan individual learning. Dalam exposition, bahan ajar sudah dikemas sedemikian rupa sehingga mahasiswa tinggal menguasai saja dan metode yang banyak digunakan adalam ceramah. Dalam discovery learning, bahan ajar tidak dikemas dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi mahasiawa harus kreativ secara penuh, mencari dan mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisa, dan sebagainya maka itu metode yang sering dipakai adalah metode pemecahan masalah.

d.      Komponen Organisasi Kurikulum

Komponen organiasi berkaitan dengan bagaimana materi disusun (diorganisasikan) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.

Organisasi materi dan pengalaman belajar memiliki dua dimensi : horizontal dan vertikal. Organisasi horizontal menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan dari keseluruhan materi. Organisasi horizontal merupakan kaitan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lain pada kelas yang sama. Organisasi vertikal mencakup urutan dan kesinambungan materi pelajaran berupa hubungan longitudinal/pengalaman belajar peserta didik.

Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu:

1.Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject).

Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lain. Diberikan waktu tertentu tanpa melihat perbedaan siswa semua dipandang sama.

2.Mata pelajaran berkorelasi (correlated).

Korelasi berpungsi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan akibat pemisahan mata pelajaran.

3. Bidang studi (broad field).

Organisasi kurikulum berupa pengumpulan  beberapa mata pelajaran dan mengkorelasikan beberapa mata pelajaran dan sejenis yang memiliki ciri-ciri yang sama dan difungsikan disatu bidang mata pelajaran.

4.Program yang berpusat pada anak (child centered).

Program yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan siswa, bukan pada mata pelajaran.

5.Inti masalah (core programs).

Core program adalah program berupa unit-unut masalah, dimana masalah diambil dari suatu mata ajar tertentu, disini bermaksud untuk dapat memecahkan masalah.

6. Eclectic program

Yaitu suatu program mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata ajar dan peserta didik.

Ada 5 kriteria organisasi materi pelajaran / pengalaman belajat yaitu :

a.Kriteria ruang lingkup, mencakup materi dan pengalaman belajar. Menyangkut jawaban atas pertanyaan : “materi dan pengalaman belajar apa yang harus diajarkan? Berapa jauh ruang lingkup dan organisasi materi itu harus ditetapkan untuk mencapai tujuan?”

b.Kriteria integrasi menyangkut mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain yang terkait. Bertujuan untuk membantu peserta didik melihat kesatuan yang ada antara semua materi pelajaran yang terkait.

c. Kriteria urutan menyangkut usaha untuk menghasilkan belajar kumulatif dan berkelanjutan secara vertikal.

d.Kriteria kontinuitas, menyangkut hubungan vertikal materi/kegiatan belajar. Umpama untuk mengembangkan kemampuan menulis, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan terus-menerus dan berulang-ulang.

e.Kriteria keseimbangan, memperhatikan agar ada tekanan yang seimbang pada semua asfek yang ada. Keseimbangan dicapai kalau semua peserta didik berkesempatan memahami materi, baik pada asfek personal, sosial maupun intelektual.

e.       Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.

Aspek yang dinilai bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Jenis-jenis penilaian meliputi :

a)Penilaian awal pembelajaran

b)Penilaian proses pembelajaran

c) Penilaian akhir pembelajaran.

Persyaratan suatu instrument penilaian adalah aspek validitas, realiabilitas, obyektivitas, kepraktisan dan pembedaan. Penilaian harus bernilai objektif, dilakukan berdasarkan tanggung jawab kelompok guru, rencana terkait dengan pelaksanaan kurikulum sesuai tujuan dan materi kurikulum dengan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta memberikan hasil yang akurat.

Dalam evaluasi dapat dukelompokan kedalam dua jenis yaitu:

1.Tes

Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam asfek kognitif. Tes memiliki dua kriteria yaitu tes memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Kedua memiliki tingkat reliabilitas/kendalan jika tes tersebut bisa menghasilkan informasi yang konsisten.

Tes berdasarkan jumlah peserta dibedakan jadi tes kelompok yaitu dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama dan tes individu adalah tes yang dilakukan kepada seorang individu secara perorangan.

Tes dilihat dari cara penyusunannya yaitu tes buatan guru yaitu untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan dan tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan memprediksi kemampuan siswa pada masa yang akan datang.

Tes dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi tes tertulis adalah dengan cara siswa menjawab sejumlah soal secara tertulis dan tes lisan adalah tes yang dilakukan langsung komunikasi dengan siswa secara verbal.

2.Non Tes

Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk asfek tingkah laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Beberapa jenis non tes yaitu :

a.Observasi

Observasi adalah penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Observasi dibedakan jadi observasi partisipatif yaitu dimana observer ikut kedalam objek yang sedang dia observasi. Observasi non partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat.

b.Wawancara

Wawancara adalah komunikasi langsung antara pewawancara dan yang diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung apabila pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang akan dievaluasi. Wawancara tidak langsung apabila pewawancara mengumpulkan data subjek melalui pelantara.

c.Studi kasus

Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus.

d.Skala Penilaian

Skala penilaian/rating acale adalah salah satu alat penilaian dengan mengunakan alat yang telah disusun dari yang negatif sampai positif, sehingga pada skala tersebut penilai tunggal membubuhi tanda.

Literature
E. Mulyasa. 2002. “Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Didi, Sukiyudi,dkk. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : UPI Press
Ansyar, Mohd & H. Nurtain. 1991. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : DEPDIKBUD DIKTI Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Tim Pengembang MKDK Kurikulum & Pembelajaran. 2002. Kurikulum Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.

Tinggalkan komentar