Tag Archives: dlm unesa

Dosen Pengawas UN Dibekali


Ketua Tim Pengawas Ujian Nasional (UN) Provinsi Sulawesi Tenggara, La Sara mengatakan, wilayahnya siap menghadapi UN yang bakal digelar mulai satu pekan ke depan. Sebagai persiapan awal, ia akan segera melakukan sosialisasi dan pembekalan kepada seluruh dosen yang akan menjadi pengawas di setiap satuan pendidikan, Senin (9/4/2012) mendatang.

“Urusan administrasi telah selesai, dan pada 9 April kita akan bekali seluruh dosen yang akan menjadi pengawas,” kata La Sara, Sabtu (7/4/2012) malam, di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Ia mengatakan, para dosen yang akan menjadi pengawas pada UN sengaja dibekali sejak jauh hari dengan tujuan agar para dosen pengawas dapat memahami penuh tugas dan fungsinya pada saat UN digelar.

“Pengawas harus tahu semua tugasnya, sebelum, sedang dan saat selesai pelaksanaan UN,” ujarnya.

Pembantu Rektor I Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari ini melanjutkan, untuk mengoptimalkan pengawasan pada pelaksanaan UN di Kendari, ia mengatur pengawasan UN dilakukan oleh dua orang dosen di sekolah yang melaksanakan UN lebih dari sepuluh kelas. Hal itu dilakukan atas dasar untuk mencapai efektifitas kinerja dan menekan kemungkinan adanya kecurangan.

“Saya siasati, setiap sekolah yang jumlah ruang ujiannya lebih dari 10 kelas saya tempatkan 2 dosen untuk mengawas. Sekolah yang kelasnya di bawah itu, ya, satu dosen saja,” ujarnya.

Dengan jumlah 1.100 dosen, Unhalu mengerahkan sekitar 480 dosennya untuk menjadi pengawas dalam pelaksanaan UN di seluruh Kendari. Tidak hanya bertugas saat UN berlangsung di dalam kelas, tim pengawas juga bekerjasama dengan aparat kepolisian ikut mengawal jalannya distribusi naskah soal UN ke 394 (jenjang SD sampai SMA) sekolah di Sulawesi Tenggara.

Seperti diwartakan, UN untuk tingkat SMA/MA akan digelar pada 16-19 April 2012, dan UN susulan akan dilaksanakan pada 23-26 April. Untuk jenjang SMP/MTs dan SMPLB, UN akan dilaksanakan pada 23-26 April 2012, dan UN susulan akan berlangsung pada 30- 4 Mei 2012.

Adapun untuk jenjang SD/MI/SDLB UN akan digelar pada 7-9 Mei 2012, dan UN susulan akan dilaksanakan pada 14-16 Mei 2012. Untuk pengumumannya, tingkat SMA/MA dan SMK hasil UN akan diumumkan pada 24 Mei 2012. Tingkat SMP/MTs, SMPLB dan SMALB pada 2 Juni 2012. Sedangkan untuk pengumuman kelulusan UN tingkat SD menjadi kewenangan masing-masing provinsi.

Cara mengaktifkan forum diskusi dalam pembelajaran online


Tips 1: Jadikan Aktifitas Diskusi Online sebagai bagian dari Penilaian
Sebenarnya ada satu teori yang mengatakan bahwa, setiap orang cenderung mau mempelajari sesuatu kalau sesuatu yang dipalajri tersebut akan diujikan dan dijadikan sebagai bagian dari proses penilaian. Oleh karena itu, tips yang bisa kita lakukan adalah, jadikan aktifitas diskusi online sebagai bagian dari proses penilaian. Sebagai contoh, dalam perkuliahan yang saya ampu, terkait dengan diskusi online, kualitas argumentasi diskusi yang diberikan mahasiswa sya jadikan sebagai salah satu aspek penilaian. Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
Skor 1: jika mahasiswa memberikan komentar biasa tanpa dukungan argumen yang logis

Skor 2: jika mahasiswa memberikan komentar dengan dukungan argumen yang logis
Skor 3: jika mahasiswa memberikan komentar dengan dukungan argumen yang logis ditunjang dengan satu atau lebih acuan teori
Skor 4: jika mahasiswa memberikan komentar dengan dukungan argumen yang logis diserta satu atau lebih acuan teori dan memberikan alternatif solusi baru atau terobosan baru yang inovatif dan kreatif Baca lebih lanjut

Rubrik Penilaian RPP


Jika Anda disodorkan suatu rencana pelaksanaan pembelajaran (lesson plan), dapatkah kita memprediksi apakah RPP tersebut telah mencerminkan pembelajaran modern (student-centered learning) atau tidak? Tentu saja jawabnya, YA. Jika kita mengacu pada standar kecakapan siswa abad 21 menurut 21st Century Partnership, maka dari kegiatan inti dalam suatu RPP dapat kita lihat apakah RPP tersebut mendorong kemampuan atau keterampilan abad 21 atau tidak. Patokannya ada lima indikator, yaitu:

1. apakah mendorong memungkinkan terjadinya perkembangan literasi media, informasi dan teknologi?
2. apakah mendorong kemungkinan dihasilkannya karya dan prakarsa otentik oleh siswa?
3. apakah mendorong kemungkinan terasahnya kemampuan berpikir kritis dan memcahkan masalah?
4. apakah mendorong kemungkinan terbangunnya kemampuan bekerja secara kolaboratif dengan orang lain?
5. apakah mendorong kemungkinan terbangunnya kemmapuan berkomunikasi secara efektif?

Organisasi Belajar


Pada kenyataannya organisasi belajar tersebut masih dipandang terlalu deskriptif dan konseptual, sehingga mengalami kesulitan diterapkan secara aktual dalam praktek manajemen di berbagai perusahaan. Hal ini akan menimbulkan kekhawatiran bahwa organisasi belajar hanya akan menjadi wacana yang sulit dipahami dan direalisasikan dalam praktek sehari-hari, apabila tidak dilakukan redefinisi dan reorientasi konsep dan implementasi terhadap organisasi belajar.

Dalam kesempatan ini akan diketengahkan redefinsi dan strategi organisasi belajar dalam manajemen serta alternatif solusi permasalahan yang dihadapi manajemen saat ini dan mendatang. Pedoman implementasi organisasi belajar yang jelas dalam rangka mengembangkan kapabilitas individual dan meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu, peran dan tanggungjawab pemimpin untuk mendukung keberhasilan organisasi belajar dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi manajemen menyeluruh.
Mengapa organisasi belajar?
Yusufhadi Miarso (2002) mengemukakan beberapa alasan mengapa saat ini diperlukan organisasi belajar. Pertama, dalam rangka pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita tidak lagi dapat mengandalkan pada tersedianya tenaga kerja yang banyak dan murah, melainkan tenaga kerja yang terdidik dengan baik, terlatih dengan baik dan menguasai informasi dengan baik (well educated, well trained, and well informed). Perubahan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan merupakan azas dari organisasi belajar. Kedua, pengembangan organisasi yang lebih berorientasi pada lingkungan internal dianggap tidak tepat lagi. Sejalan dengan gerakan masyarakat informasi (information society), maka organisasi perlu menguasai informasi mengenai lingkungan secara komrehensif. Organisasi memerlukan lebih banyak tenaga kerja berpengetahuan (knowledge worker). Perkembangan ekonomi lebih dilandaskan pada pengetahuan dengan tenaga kerja berpengetahuan sebagai aset paling utama.

Mengembangan Pusat Sumber Belajar di Sekolah


Sejak pertengahan decade 1970-an terdapat perkembangan yang pesat di bidang dan konsep teknologi pendidikan dan teknologi instruksional (pembelajaran) dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, tidak saja di Amerika Serikat tetapi juga di negara-negara lain seperti Canada, Australia, Korea Selatan, Jepang, Singapura, Malaysia, dan tentunya juga di Indonesia. Konsep teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar.

Hal ini tentunya merupakan suatu pandangan yang baru atau yang bersifat inovatif, karena pandangan masyarakat pada umumnya mengenai pendidikan adalah bersifat konvensional yaitu mengkaitkan penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang terjadi atau berlangsung di dalam kelas, di mana sejumlah murid atau peserta belajar secara bersama-sama memperoleh pelajaran dari seorang guru atau instruktur. Guru atau intruktur tersebut berperan terutama sebagai satu-satunya sumber belajar yang paling dominan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini seringkali berakibat menjadinya proses pemberian pelajaran oleh guru atau instruktur bersifat verbalistis, karena guru sangat dominan menggunakan lambang verbal dalam melaksanakan proses pembelajaran yang umumnya dilakukan melalui penggunaan metode ceramah. Begitu dominannya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah tersebut sehingga menyebabkan guru kurang mempunyai waktu untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam rangka memberikan kemudahan bagi murid-murid dalam kegiatan belajar mereka.
Di samping makin meluasnya penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan, peran dan sumbangan teknologi pendidikan lainnya yang paling monumental dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran adalah dilaksanakannya sistem pendidikan terbuka (open learning) atau pendidikan/belajar jarak jauh (distance education).sebagai jaringan pembelajaran yang bersifat inovatif dalam sistem pendidikan.

Model Konseptual dan Dimensi Knowledge Management


Dalam konteks Knowledge Management, dewasa ini telah ada sekitar 100 definisi tentang KM. Salah dua  contoh definisi KM adalah sebagai berikut: 
“knowledge management is the process of capturing, distributing, and effectively using knowledge” [Davenport, 1994). 
atau 
A discipline that promotes an integrated approach to identifying, capturing, evaluating,retrieving, and sharing all of an enterprise’s information assets. These assets may include databases, documents, policies, procedures, and previously uncaptured expertise and experience in individual workers. (Duhon, 1998) 
Dari dua definisi di atas maka jelas terlihat kesamaan properti. Perbedaannya adalah definisi pertama lebih simple sementara definisi kedua lebih detil dan lebih operasional. 
Knowledge Management sebagai suatu ilmu dan praktek (ilmiah) memiliki unsur-unsur batasan yang relatif sama antar pakar atau praktisi yang menggelutinya. Oleh karena itu, Despres dan Chauval mencoba menganalisis kesamaan batasan/definisi KM (model KM) menurut beberapa ahli dan praktisi yang ada. Despres dan Chauval, telah mencoba menganalisis 10 definisi KM lengkap dengan model konseptual baik dalam bentuk diagram maupun deksripsi singkatnya. Dari 10 model konseptual tersebut, Despress dan Chauval menjelaskan dimana letak persamaan dan perbedaan, penekanannya pada hal apa saja, dan lebih khusus menganalisis unsur-unsur (properti) konsep dari KM itu sendiri serta prosesnya seperti apa.

Saya mencoba, melakukan analisis berdasarkan hasil analisis Despres dan Chauval. Saya mencoba menganalisis unsur-unsur (properti) dari model konseptual KM yang dinugkapkan oleh beberapa pakar dan praktisi sebagai berikut:
Dalam bagian akhir bukunya, sebenarnya, Despres dan Chauval membahas tentang unsur-unsur Knowledge Management mengacu pada kesepuluh model tersebut. Unsur-unsur tersebut meliputi: waktu, bentuk dan jenis pengetahuan, ruang social, konteks, transformasi dan dinamika, penghubung dan media, dan budaya pengetahuan. Namun, karena Bahasa Inggris bukanlah bahasa ibu, penulis agak sulit memahami maksudnya. Oleh karena itu, penulis mencoba mengklasifikasikan unsur-unsur KM tersebut ke dalam suatu konstelasi yang menurut penulis mudah untuk dipahami. Unsur-unsur KM, menurut penulis dapat diidentifikasi kedalam beberapa aspek, yaitu apa, siapa, bagaimana, dan dimana.
·         Apa; adalah acuan tentang obyek sentral yang dikelola dalam KM. Bicara obyek KM maka terdiri dari dua jenis, yaitu pengetahuan tacit (tacit knowledge) dan pengetahuan eksplisit (explicit knowledge). Walapun beberapa pakar menamakannya dengan istilah berbeda, seperti articulated knowledge (Model N-Form Organization, Hedlund) untuk pengetahuan eksplisit atau knowing (Model Knowling and Knowledge, Earl dan Model OK Net, Carayannis) untuk pengetahuan (knowledge). Obyek sentral ini, pada akhirnya akan menjadi asset intelektual, modal intelektual dan menjadi human capital bagi organisasi (Model Edvinsson, Model Snowden, Model Van Buren).
·         Siapa; adalah acuan tentang aktor pelaksana daripada KM tersebut dalam proses implementasinya. Aktor pelaksana tersebut adalah agregasi sosial yang meliputi individu (dalam dan luar organisasi, kelompok/komunitas (dalam dan luar organisasi), dan organisasi itu sendiri. Secara eksplist terlihat pada model SECI-Nonaka, model Earl, model N-Form,
·         Bagaimana; adalah acuan tentang bagaimana proses obyek dan aktor pelaksana KM memperoleh dan mentrasnformasi pengetahuan. Nonaka menamakannya dengan dinamika interaksi (interaction dynamic). Penulis menamakannya sebagai mekanisme untuk memperoleh dan menghasilkan/menciptakan pengetahuan secara terus menerus. Dalam semua model membahas bagaimana proses aktifitas atau interaksi yang sebaiknya terjadi, tapi tidak semua secara eksplisit menjelaskan bagaimana peran teknologi dalam mendukung proses tersebut. Misal, bagaimana pengetahuan tacit dikonversi menjadi tacit lain (sosialisasi menurut Nonaka, penciptaan kompetensi menurut Snowden, atau not knowing what you know dan not knowing what you don’t know menurut Earl yang diadaptasi oleh Carayannis), dari tacit menjadi eksplisit, dari eksplisit menjadi eksplisit, dan dari eksplisit menjadi tacit dengan berbagai istilah. Contoh lain, upaya bagaimana KM diperoleh dan diciptakan, secara eksplisit Snowden menjelaskan melalui: 1) pemetaan pengetahuan, 2) penciptaan kompetensi, 3) pengembangan system modal intelektual (pengelolaan pengetahuan eksplisit) dan 4) pengelolaan pengetahuan tacit. Artinya, semua model membahas bagaiman, tapi tidak secara eksplist menyebutkan bentuk konkritnya. Sementara menegenai bagaimana peran teknologi, khususnya teknologi computer dan internet/intranet, secara eksplisit hanya dibahas oleh beberapa model seperti: model Despres & Chauval (dengan istilah groupware, virtual learning, dll), dan  model Snowden (provide insfrastructure support).
·         Dimana; adalah acuan tentang ruang atau tempat dimana dinamika interaksi atau aktifitas perolehan dan penciptaan pengetahuan terjadi. Hampir semua model menjelaskan level ruang sosial dimana aktifitas terjadi, yaitu level individu, kelompok, organisasi dan lintas organisasi. Model yang menjelaskan ruang atau tempat dimana interaksi pengetahuan terjadi adalah model Nonaka-Konno (Model SECI yang diadaptasi, 1998) yang mengistilahkannya dengan Ba (originating Ba, Interacting Ba, Cyber Ba, dan Exercising Ba). Mengenai ruang ini, secara implisit semua model menjelaskan bahwa interaksi pengetahuan dapat terjadi secara face-to-face, real time (synchronous), maupun tidak real time (asynchronous) melalui dunia maya (cyber world).

Cara Organisasi Belajar Lebih Cepat


Satu-satunya cara bagi suatu organisasi memperoleh dan membuat organisasi “sustain” dalam era kompetitif adalah memastikan bahwa organisasi tersebut belajar lebih cepat dibandingkan dengan para kompetotornya. Asumsi inilah yang mendasari Bob Guns dan Kristin Anundsen membuat buku dengan judul: “The Faster Learning Organization: Gain and Sustain the Competitive Advantage”.

Buku ini terbagi kedalam delapan (8) Bab yang membahas mulai dari apa, mengapa dan bagaimana membuat organisasi belajar lebih cepat. Bab 1 membahas tentang apa dan mengapa pentingnya suatu organisasi belajar lebih cepat. Bab 2 membahas bagaimana organisasi belajar. 
Tapi Guns dan Anundsen menekankan pada perbedaan organisasi belajar dan organisasi yang belajar lebih cepat (faster learning organization). Bab 3 membahas tentang bagaimana memulai membuat organisasi belajar lebih cepat yang lebih menekankan pada peran “leadership”. 
Bab 4 membahas tentang berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk membuat suatu organisasi belajar lebih cepat. Bab 5 merupakan kelanjutan dari bab 4, yaitu membahas tentang jika beberapa strategi telah ddicoba diterapkan maka langkah berikutnya adalah bagaiman agar strategi-strategi tersebut ter-institusionalisasi atau melembagi (transforming) dan dapat berjalan dengan baik dalam organisasi. Bab 6 membahas cara mempercepat belajar lebih cepat pada organisasi. Bab 7 membahas tentang berbagai keterampilan yang diperlukan agar organisasi tetap belajar lebih cepat baik keterampilan-keterampilan pada level eksekutif, pemimpin/manager, anggota team dan individu. Terakhir, Bab 8, Guns dan Anundsen menutupnya dengan cara untuk memelihara dan mempertahankan keberhasilan penerapan strategi organisasi yang mampu belajar lebih cepat.
Melalui makalah ini penulis mencoba membedah buku ini dengan cara menuangkan inti dari bab per bab bahasan yang ada dalam buku ini. Mudah-mudahan dapat memberikan gambaran yang utuh tentang konsep faster learning organization ini.

3 (tiga) Model Pembelajaran


1. Model Transmisi
Pembelajaran dikategorikan dalam model transmisi apa bila BELAJAR (LEARNING) dianggap sama dengan DIAJAR (BEING TAUGHT). Pada umumnya, model seperti ini yang sering terjadi dalam pembelajaran di kelas. Mudah-mudahan asumsi saya ini, salah. Sebab, kalau asumsi saya ini benar maka celakalah masa depan bangsa kita. Mengapa? karena anak-anak (siswa) akan hanya berperan sebagai peserta pasif. Itu artinya, persitiwa belajar tidak terjadi secara optimal. Model ini, akan tetap efektif apabila:

guru menunjukan penguasaan yang cukup akan mata pelajaran yang diampu
guru membuat perencanaan dengan efektif
guru memiliki tujuan pembelajaran yang jelas
guru menarik minat siswa
guru mampu memanfaatkan waktu dengan baik
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru
siswa menunjukkan respons positif terhadap cara mengajar guru
siswa menunjukkan keterlibatan dan konsentrasi dan prodktif
guru mengukur keberhasilan belajar siswa secara komprehensif dan konstruktif
guru menggunakan assessmen sebagai dasar perencanaan dan penentuan target
siswa menyadari sejauh mana mereka telah menguasai sesuatu dan tahu bagaimana cara meningkatkannya
(Ofsted, 2003 dalam Watkins 2007)
2. Model Konstruksi
Model konstruksi menganggap BELAJAR (LEARNING) sebagai INDIVIDUAL SENSE-MAKING (MEMAHAMI SENDIRI). Pendekatan pembelajaran ini akan efektif jika:
siswa terlibat dalam partisipasi, eksplorasi dan penelitian aktif
siswa terlibat dalam aktifitas untuk mengembangkan pengetahuan dan menciptakan pemahaman sendiri melalui refleksi
siswa mengerjakan sesuatu, menunjukkan bukti pemahaman konsep, bukan hanya sekedar mengingat
siswa menerapkan pengetahuan dala konteks dunia nyata
siswa disajikan dengan tantangan yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam
guru menggunakan pengalaman siswa yang beragam untuk membangun belajar efektif
siswa diminta untuk memikirkan tentang bagaimana mereka belajar, menjelaskan bagaimana mereka memecahkan masalah, memikirkan tentang kesulitan-kesulitannya dalam belajar, memikirkan tentang bagaimana mereka dapat menjadi pemelajar yang lebih baik, mencoba cara belajar baru (Thomas, 2003)
tugas-tugas asesmen adalah performa pemahaman, berdasarkan kemampuan berpkiri tingkat tinggi
(Brown and Fouts, 2003 dalam Watkins, 2007)
3. Model Co-Konstruksi
Model Co-Konstruksi memandang BELAJAR (LEARNING) sebagai MENCIPTAKAN PENGETAHUAN BERSAMA ORANG LAIN. Model ini akan efektif bila:
siswa bekerja bersama untuk meningkatkan pengetahuan
siswa saling membantu satu sama lain melalui dialog
tujuan pembelajaran digabung dan dibagun selama inkuiri terjadi
siswa menciptakan produk untuk satu sama lain dan untuk orang lain
siswa memperoleh sumber belajar dari luar komunitas kelas
siswa mereview seberapa baik komunitas kelas mendukung belajar
siswa menunjukkan pemahaman tentang bagaimana proses kelompok mendorong terjadinya belajar pada diri mereka
struktur sosial kelas mendorong terjadinya saling ketergantungan
siswa menujukan tanggunjawab komunal termasuk dalam pemerintahan kelas
tugas-tugas asesmen berkaitan dengan produk komunitas yang mendemonstrasukan peningkatan kompleksitas dan kekayaan atau keanekaragaman ide.

Apa Pun Kondisinya, Rehabilitasi Sekolah Harus Selesai!


Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Suyanto mengatakan, kementerian menyelesaikan rehabilitasi sekolah rusak yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2011. Meskipun, hingga saat ini, Kementerian Keuangan belum memutuskan apakah sisa APBN-P tersebut harus dikembalikan ke kas negara atau tidak.
Ia mengungkapkan, apa pun keputusan Kemkeu, Kemdikbud tidak akan menghentikan proses rehabilitasi sekolah yang masih berjalan.

Enggak mungkin dihentikan. Wong sudah berbentuk bahan bangunan. Menurut kami, nampaknya akan selesai total pada akhir Februari 2012, kata Suyanto, Selasa (3/1/2011), di Gedung Kemdikbud, Jakarta.
Suyanto menjelaskan, Kemdikbud telah menyampaikan surat kepada Kemkeu. Akan tetapi, hingga saat ini, Kemkeu belum memberikan respons atas surat tersebut. Sementara itu, kata dia, proses rehabilitasi di lapangan masih terus berlanjut. Suyanto mengatakan, di beberapa daerah, proses rehabilitasi berjalan cukup baik.
Belum ada keputusan dari Kemkeu. Pokoknya kita tidak mungkin meminta sekolah untuk mengembalikan anggaran. Logikanya juga gimana, anggaran turun Oktober kok disuruh selesai Desember, ungkapnya.
Ia memaparkan, Kemdikbud akan menyelesaikan pembangunan 8000 unit ruang kelas baru melalui dana dari APBN-P 2011. Saat ini, proses rehabilitasi masih berjalan bertahap. Ada yang telah selesai 100 persen, 80 persen, dan 50 persen.
Selanjutnya, kloter kedua dari APBN 2012 akan kami rehab sekitar 143 ribu ruang kelas. Ini hanya masalah waktu, ujarnya.
Seperti diberitakan, beberapa bulan lalu Kemdikbud mendapatkan APBN-P sebesar Rp 11,76. APBN-P 2011 diarahkan untuk menambah jumlah beasiswa bagi 2,93 juta siswa dengan anggaran sebesar Rp 946,5 miliar, dan menambah 6000 ruang kelas baru (RKB) dengan anggaran sebesar Rp 1,77 triliun.
APBN-P 2011 juga ditujukan untuk mencapai sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 dan RKP tahun 2011 sekaligus melaksanakan arahan presiden untuk merespon berbagai keluhan masyarakat. Seperti, pemberian beasiswa dan peningkatan daya tampung, pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM), gerakan nasional PAUD, intervensi peningkatan mutu hasil proses belajar mengajar, peningkatan daya tampung dan daya saing pendidikan tinggi.
Selain itu, APBN-P 2011 juga ditujukan untuk percontohan percepatan pembangunan pendidikan di daerah tertinggal, mendorong percepatan pembangunan pendidikan di daerah nelayan miskin (Klaster 4), melanjutkan rekonstruksi sarana pendidikan di daerah bencana yang belum tuntas…………

Seluruh RSBI Belum Layak Jadi SBI


Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Suyanto mengakui, seluruh Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang ada saat ini, belum layak untuk ditingkatkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
Namun, jelasnya, gradasi ketidaklayakan masing-masing sekolah dengan status RSBI berbeda-beda. Ia menyebutkan, ada yang belum layak secara keseluruhan, ada juga yang belum layak dari sisi komposisi dan kompetensi guru, atau pun kurikulum.
Kelemahan utama ada di sumber daya gurunya. Semangat pemerintah, guru RSBI itu harus S-2. Tetapi, banyak yang belum memenuhi standar itu maka harus terus didukung
Kelemahan utama ada di sumber daya gurunya. Semangat pemerintah, guru RSBI itu harus S-2. Tetapi, banyak yang belum memenuhi standar itu maka harus terus didukung, kata Suyanto, Selasa (3/1/2011), di Gedung Kemdikbud, Jakarta.

Di tengah menguatnya kritik dan desakan untuk menghapuskan keberadaan RSBI, Suyanti mengatakan, Kemdikbud saat ini menahan diri untuk tidak membuka RSBI baru. Seluruh RSBI yang sudah ada akan diperbaiki kurikulum, program, dan prosesnya.
Termasuk membenahi proses rekrutmen, dan manajemennya sehingga sesuai dengan permintaan masyarakat, ujarnya.
Konsekuensi selanjutnya, proses peningkatan dari RSBI menjadi SBI akan dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Kami menginginkan SBI yang hebat dan benar-benar jelas. Maka dari itu, sekarang ini sifatnya rintisan menuju SBI, kata Suyanto.
Pekan lalu, Koalisi Anti Komersialisasi Pendidikan (KAKP) mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi untuk memohonkan judicial review atas Pasal 50 Ayat 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) kepada MK dengan harapan majelis hakim MK mangabulkan permohonan pembatalan Pasal 50 Ayat 3 UU Sisdiknas.
Penyelenggaraan RSBI didasari pada Pasal 50 Ayat 3 UU No 20/2003 tentang Sisdiknas. Pasal tersebut berbunyi, Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Guna mendukung pemenuhan pasal tersebut, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan, seperti PP No 17/2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan serta Permendiknas No 78/2009 tentang penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional yang dinilai menjadi dasar penyelenggara RSBI untuk memungut bayaran yang tinggi kepada warga negara……………..