Monthly Archives: Februari 2012

Contextual Teaching and Learning (CTL)


merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.


Ciri-ciri CTL menerut blanchart

  1. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 

  2. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks 

  3. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.

  4. Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 

  5. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.

  6. Menggunakan penilaian otentik.


Direct Instruction


Direct Instruction ( Model Pengajaran Langsung ) Adalah salah satu pendekatan mengajar yang     dirancang khusus untuk menunjang proses belajar      siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Kardi (1997:3) berpendapat bahwa pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. 
Pengetahuan Deklaratif ( dapat diungkapkan dengan kata – kata ). Adalah pengetahuan tentang sesuatu. Pengetahuan ini juga termasuk tentang menghafal suatu rumus, atau suatu bahasan yang konkret.
Pengetahuan deklaratif menginginkan siswa untuk “mengerti” atau “memahami” materi pembelajaran atau konten. Kata-kata yang biasa digunakan untuk materi pembelajaran deklaratif diantaranta adalah menjelaskan, menggambarkan, meringkas, menampilkan daftar.
Pengetahuan Prosedural Adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Tujuan Pengajaran Langsung 
Model pengajaran langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu dan untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Dengan model ini cakupan materi ajar yang disampaikan lebih luas dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lain. 
Ciri – ciri Direct Instruction ( Model Pengajaran Langsung )
Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil
Kelebihan-Kelebihan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung 
1. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
2.Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
3.Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
4.Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam.
Keterbatasan-Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung 
  1. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
  2. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
  3. Model pembelajaran langsung sangat bergantung padagaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif 

Penerapan TekKomPend Dalam Direct Instruction
Penerapan teknologi komunikasi pendidikan dalam direct instruction sebagai contoh adalah dalam proses pembelajaran terhadap siswa,guru harus lebih memahami bagaimana kemampuan penerapan siswa dalam menerima materi yang disampaikan. Apabila salah satu cara tersebut tidak bisa di terapkan kepada peserta didik tersebut, maka guru harus mencari suatu cara yang baru agar bisa diterima oleh peserta didik.

SISTEMATIKA PROPOSAL PTK


1.      JUDUL
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal.
2.      LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
3.      PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan  refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.

4.      CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
5.      TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
6.      KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan  kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras  kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
7.      RENCANA PENELITIAN
  1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
  1. Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
  1. Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
1)                  Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.
2)      Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3)      Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4)      Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
  1. Data dan cara pengumpilannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data.
Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks  PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
  1. Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
  1. Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
8.            JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
9.            RENCANA ANGGARAN
1.        Komponen – komponen pembiayaan
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.
Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :
  1. Persiapan
Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.
  1. Kegiatan operasional di lapangan
Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.
  1. Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
2.        Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan
Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output yang diharapkan.
1)      Beberapa patokan pembiayaan satuan kegiatan penelitian
a.       Honorarium
1)      Ketua Peneliti
2)      Anggota tim peneliti
3)      Tenaga Administrasi
Besarnya honorarium tergantung pada sumber pandanaan
b.      Bahan dan Peralatan penelitian
1)      Bahan habis pakai
2)      Alat habis
3)      Sewa alat
c.       Perjalanan
1)      Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan
2)      Transportasi local sesuai harga setempat
3)      Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan
4)      Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari
5)      Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari
d.      Laporan Penelitian
1)      Penggandaan
2)      Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris
3)      Pengiriman
e.       Seminar
1)      Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat
2)      Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK)
D.    Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.
LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK.
Hal – hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.

How To Have A Healthy Love Life


A lot of people say they’d like to have a healthy love life, but it all boils down to the question, “Are you willing to work for it?”

First thing to do is to get physical.

When most people would choose a twinkie over an apple, you’ll have to be the one who has the wisdom and willpower to choose the apple. In a world increasingly addicted to TV, you and your mate will have to come up with the willpower to go out on a nature walk or bicycle ride.

Why?

Because you can’t have a healthy love life unless you treat your body with the kind of love and respect that we’re discussing. We’re not talking about a six-week diet, we’re considering a life-long program of better nutrition. We are not advocating a three-month exercise program here to take off two inches from the waist; we’re pushing for regular exercise every day of our lives!

A good way to kick-start is with some cardiovascular exercises. The Harvard School of Public Health reports that men who were physically inactive were 40 percent more likely to experience erectile dysfunction than men who exercised a half hour a day.

A foundation of correct nutrition and regular exercise is necessary before we can begin to think about a healthy love life.

Eat to live and love.

Most of us do not realize how foods affect our moods, feelings, energy level, and behavior.
When we get down in the dumps, we don’t automatically say, “Gosh, I must not have been eating right.”

On the other hand, when we’re feeling on top of the world we don’t stop to think, “I’d like to feel this good more often.” We don’t relate how we feel to what we’ve been eating, but foods, vitamins, and minerals can make all the difference in the world between a so-so love life and the kind of love life that makes you smile every time you think about it

Many people who think they have sex problems are actually victims of poor nutrition. They don’t have sex problems. They have food problems. And food problems can be solved.

Cut out or cut down on the use of alcohol, cigarettes, and coffee.

Avoid sugary foods and drinks and fried, fatty foods. Sugar interferes with the sex life and reduces its pleasure.

Cut back on milk and wheat products.
Substitute herbal teas for coffee and regular teas, juices for commercial soft drinks.

De-stress and relax. The physical effects of long-term stress include colds, ulcers, asthma, heart attack, stroke, and chronic fatigue–all ailments that can erode your health and your love life.

Couples can de-stress together at the end of the day in more romantic ways, such as enjoying a lathery bubble bath for two, complete with scented candles, and a mug of warm milk and honey. Or just watch a movie together. The goals are to spend quality time together and put you on the path to total relaxation. It all takes effort to improve your love life–there is no substitute for balanced foods, no shortcut to good health but if you work at it, you can achieve a healthy love life.

Using the Language of Self-Hypnosis


Words are just a part of our lives aren’t they? Why do we need to think about them? When I teach people self-hypnosis, the language they use in self-hypnosis sessions is very important. What’s more, the kind of language used in self-hypnosis can be used outside of formal self-hypnosis too, to enhance your communication with yourself at all times.

The words that you use in and out of self-hypnosis carry a lot of connotation and a lot of deeper meanings for you as they do for everyone. What one word means to one person can mean something completely different to another.

Think about an occasion in your life that was a wonderful occasion; maybe a happy birthday, the birth of a child, a wedding or a celebration, maybe a time when you achieved something, when you succeeded or maybe a time when you felt the full force of joy or love. Really think about that experience. Remember what you saw, remember and think about the sounds that you heard and think about how you know and how you knew you felt so good then. Whereabouts in your body were those good feelings? Now, as you really think about that memory and immerse yourself in it, think about the words that you would use to describe that experience.

These are the words that are going to elicit the most powerful response from within you when you use them in self-hypnosis sessions and when you communicate with yourself at any time.

Have a think about these questions; what words make you feel good? Which words give you good feelings? Make a list of the words that appeal to you. You can use a thesaurus to help.

Ask yourself; how would I like to feel? Here are some good words you may like to use in your self-hypnosis or just to frequent the internal workings of your mind with: Healthy, Peace, Balance, Harmony, Relaxed, Confident, Good, Happy, Powerful, Joyful, Calm, Unison, Assured, Vibrant, Loving, Progressive, Better, Beautiful.

All a bit obvious, I know you get the idea. It is really important though that you do actually use words that have a good meaning to you and make you feel
good within your self-hypnosis or just your internal dialogue.

Now, I am going to add a couple of words here for you to think about. Think about the words “more and more” and “increasingly.” These words are going to be important to create growth, power and fluidity in your mind. Let me explain how.

Consider the sentence “as a result of achieving my ideal weight I am happy.” This is a nice way to remind yourself that achieving this particular goal whatever it might be for you)you are happy. Great. However, we can make that more powerful by changing a rather static “happy” to “more and more happy.” I don’t know about you, but I would never want to think that I ever reached the pinnacle of happiness and could not go any further.

“Happy” is static. In order to supercharge your programmes and the way you utilise language in and out of self-hypnosis, you can mobilise the words and get them moving onwards and upwards for you. You can change “Happy” to “Happier and happier” or “more and more happy” or “increasingly happy” or “progressively more happy” or “more and more appropriately happy. ” Use whatever feels right for you, just use other words to develop and power it up.

Words to avoid:
Some of these words may seem fine and feel fine to use for you. I am just giving you ideas and considerations when using these words in and out of self-hypnosis.

When communicating with yourself , my recommendation is that you consider avoiding the following words and types of words;

Words that elicit bad feelings. Words that are ambiguous.
Words that are limiting, restrictive or disempower you. Words that you are uncomfortable with.

When communicating with yourself, ask yourself these questions: Is there another phrase or word that is better? Is there a word or phrase I find more pleasing? Is there a way in which you can put your energy and power into this suggestion in a better way?

So, firstly, I want to point out some words that can elicit bad feelings:
Try, can’t, won’t, don’t, should, shouldn’t, must, mustn’t,
jealousy, temper, no, lose, will, sad, difficult, but.
I want to point out a couple of these words in particular.

The word “try” sends a shudder down my back. I use this word in therapy often to ensure that people won’t do what I am asking them, for example I might say “try to resist the urge to relax.”

When you are trying to do something, you are not doing it. You build in failure by using the word try. So just remove it from your internal communication.

You will have heard that expression “if at first you don’t succeed, try and try again.” Yuck. Awful stuff. It really should read “if at first you don’t succeed, try and try, and try and try and try and try and try… etc, etc.” You want to do the things you want to do, you want to achieve the things you want to achieve; you don’t want to try and do them or try and achieve them.

The word “Will” is another one to avoid if you can. Will is not actually happening, it is something you will do rather than actually are doing. It never occurs. You know, you can put almost any sentence together with the word will in and simply remove that word to make it more progressive and positive for your self-hypnosis requirements. Have go at doing that. (I realise that there is likely to be at least one wiseguy who now uses the word as in “last will and testament” yes, very clever. I have not heard that one before.)

Here are a couple of examples;
“As a result of stopping smoking I will be healthier.” Now
becomes; “As a result of stopping smoking I am healthier.”
“I will successfully achieve my goals” is transformed into “I
successfully achieve my goals.” Here we have just removed it to make it more progressive. You see, it is those finer distinctions that I refer to often that can really make a difference to the way you use language, and you may as well really use it more and more powerfully while you are in the state of self-hypnosis.

Lots of people tell me that they want to “Lose” weight. I always tell them that no one loses when they come to see me. Think about what else you lose in life. Generally, it is things that you would rather have kept like your keys or your wallet. You generally lose things that you want to find again. Lose has many negative connotations. Instead of losing weight, reframe it with the words “achieving and maintaining the size, shape and weight that pleases me.” This is much more progressive.

Finally for this section, I want to mention the word “But.” This word can often be seen to be negating what has come before it; I would really like to come out tonight, but I have to wash my hair. Of course I really love you, but I need to pursue my career. I had a great time, but that guy sitting next to me was rude.

This might not always be the case for you; however, it is for you to be aware of when addressing your own unconscious mind in and out of self-hypnosis.

Secondly, I recommend that you really do avoid using words that are putdowns.
They don’t really have a place in self-hypnosis or your mind at all. Avoid the following words and words like them:

Untidy, Dirty, Smelly, Ugly, Stupid, Lazy, Hopeless, Disliked, Unkempt, Smelly, Idiot, Embarrass, Ridiculous. I know you know lots more. I don’t really like even having to write these in this article. Your internal dialogue and self-hypnosis sessions are better without these words.

This next set of words is for you to keep aware of and avoid if you feel they limit you or your programme in any way. I am referring to words that are absolutes. These are words that have no flexibility, that are final. For example:
Always, totally, closed, never, finish, impossible, definitely, completely, death, cancelled. You may for example, state in a self-hypnosis session or tell yourself that you never smoke again. Which is fine and good for some people. However, you may have one too many glasses of sherry at Christmas and have a sneaky puff on your friend’s cigar. Now this does not make you a regular smoker again, however, it has negated the sentiments that you told yourself. It has made yourinternal communication to yourself less credible to you because you wrote that you would never smoke again and you just did, albeit only one puff, by writing that you would never do it, you leave no flexibility and you leave no room for interpretation of particular circumstances that may arise.

That may be fine with some, just bear it in mind. I mentioned the subject earlier within the guidelines for writing programmes and that is the notion of ambiguity. With self-hypnosis and when communicating with yourself in your own mind in other ways, it is best to avoid words that are ambiguous. Words such as;
Maybe, Desire, Growth, Positive, Negative, Normal, Whole.

You might well use the expression that your desire to stop smoking is increasing. Again, this sounds fine on the surface. However, do you want your desire to stop smoking to increase or your actual ability to stop smoking to increase? If you only increased your desire to stop smoking, it might become a very frustrating experience. Also, you might want to consider referring to your
personal growth increasing. It could be referring to something growing on your body somewhere!

Think about the word normal. Who is to say what that is? Do you know specifically what you mean when you refer to anything as being normal? If you are going to use the word normal, I would recommend that you define what that means to you also, be specific about it or just substitute it for the word usual if you can.

Finally, on the topic of words, I would like to point out to you the use of the “Able.” It is one thing being able to do something; it is another to actually do it. If you are going to increase your ability with something, then also ensure you do it.

I realise that this article has offered up many considerations so far with self-hypnosis use of language and internal dialogue. These are just that; considerations.

You can allow yourself to find the right solutions and methods for you. As you get more and more used to being in self-hypnosis or just communicating with yourself more prgressively and discovering the kind of suggestions and words that have the most powerful effect for you, then you can fine tune your use of them.

Adam Eason’s best selling book “The Secrets of Self-Hypnosis: Harnessing the Power of Your Unconscious Mind” can be found at amazon or any good online book store.

The Characteristics of Soul


At the dawn of spring, I am reminded by my children the joy of anticipating new life.

They will usually see a flower or two that has made its way through the soil to a world beyond itself. What starts out as a seedling or bulb is transformed by nature’s capacity to evolve.

Inside each of us lies dormant an awareness, an identity, an ability to grow beyond what we appear to be. Every moment, we are being challenged by others and by circumstances to create a life that exceeds our present state of living.

To move toward our highest good takes a willingness on our part to let go of what we know to what can be known in and through us. You and I are part of the Created Order we see around us, and we are participants in Creating Order out of what we have been given to care for.

With this in mind, let us turn to ways our soul can be described in the characteristics that make up a flower:

1. The Ground.

The ground nurtures, protects, and gives birth to a flower. Inside the womb of the ground, life is taking root long before we can see it. Because we cannot see a flower that has been planted in the earth, does not mean life is not being created. To be full participants in our world means to be fully connected and rooted in the world we have been given.

2. The Stem.

The stem begins its growth in the earth below and into the sky above. This part of the flower is the connecting characteristic of the plant. Much like humanity, we are in this world without being fully of it. This creates a sacredness to our lives. It is our unique ability to live and grow in a way no one ever has, is, or ever will.

3. The Flower.
In full bloom, a flower is the illumination of all the life that has preceded it. The radiance and color that pour out of it create life. Notice the next time you look at a flower how you are affected by it. You may notice your heart open and be filled with joy. Or, you may notice more energy and clarity in your vision for being blessed with great beauty.

4. The Spirit of a Flower.

The spirit of a flower is the life force moving in and through it. It is the essence of a flower that identifies with your spirit. This part of you opens from the inside out and becomes ONE with the spirit of a flower. It is the same energy that runs in and through you. Like a flower, you begin to radiate your own soul from the essence of your own being.

Each spring, take the time to notice the part of you opening up to new life. Just like flowers, we grow from the inside out. What illuminates in our life began inside us. We nurture these inner qualities of attention until they eventually take root and grow into our daily lives. The growth that follows is created from what we attend to or hold our attention on within us.

Like the pedals of a flower opening to the world around it, we create a presence of awareness. In full bloom, the beauty or the lack thereof touches the lives of everyone around us. As our inner patterns of attention move through us, the world illuminates the seeds of awareness contained within us for so long. Here, a life is created. It is the life of our soul.

SISTEM KOMUNIKASI MELALUI RADIO SIARAN


Pengertian “Radio” menurut ensiklopedi Indonesia yaitu penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1 mm). Sedangkan menurut istilah “radio siaran” atau “siaran radio” berasal dari kata “radio broadcast” (Inggris) atau “radio omroep” (Belanda) artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media. Radio merupakan alat elektronik yang digunakan sebagai media komunikasi dan informasi. Melalui radio, seseorang dapat mengetahui dan memahami sesuatu.

Ciri-ciri radio pembelajaran

  1. Disajikan dalam CD/ kaset audio sehingga pengguna dapat mendengarkannya secara berulang-ulang
  2. Dapat dimanfaatkan dikelas-kelas pembelajaran reguler, pendidikan jarak jauh, kelompok pendidikan luar sekolah, dan secara mandiri
  3. Pembuatannya menggunakan prosedur pengembangan media pembelajaran.

Karakteristk Radio :

Radio adalah SUARA.
Radio adalah mass media yang paling mengena (digunakan oleh banyak orang).
Radio dapat memberikan gambaran kepada para pendengarnya. Anda tidak perlu belajar untuk mengerti/memahami cerita yang kita sajikan. Kita memiliki kesamaan dengan tradisi yang ada dalam menyajikan berita dibanding dengan cara kerja jurnalistik di media cetak.

FUNGSI SIARAN RADIO PENDIDIKAN
Meningkatkan kesadaran nasional warga Negara.
Modernisasi nasional
Suplemen bagi pendidikan sekolah
Mempercepat penyampaian informasi baru tentang pendidikan kepada sekolah
Manfaat Radio Siaran
Perkembangan Radio semakin lama semakin berkembang pesat. selain sebagai media hiburan radio juga ternyata memberikan manfaat yang luar biasa terhadap pendengarnya. informasi bisa kita dapatkan melalui siaran radio dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa didapatkan masyarakat dengan adanya radio
Peranan Radio Siaran Di dalam Teknologi Komunikasi Pendidikan 
Adanya program pendidikan dalam pengembangan Tekompen.
Sebagai media pembelajaran dalam Tekompen.
Meningkatkan dan memberikan pengetahuan/ informasi dalam pendidikan.
Kepraktisan pemahaman Tekompen dalam media komunikasi pembelajaran.
Kesimpulan
Pada dasarnya media radio merupakan media yang dapat dengan dinamis mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Radio pendidikan adalah radio yang memanfaatkan dunia pembelajaran, dimana pola atau ruang lingkup pembelajaran ialah pendidikan formal, nonformal, yang meliputi pembelajaran.

Modul


Modul merupakan Satu unit program pembelajaran yang  terencana, didesain guna membantu peserta mencapai tujuan pelatihan dan dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran


Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya.


Ciri – Ciri Modul

Unit pembelajaran terkecil yang direncanakan dan ditulis secara sistematis dan operasional.
Dirancang  sehingga memungkinkan siswa dapat belajar sendiri seoptimal mungkin.
Dirancang sehingga penilaian terhadap kemajuan siswa dapat dilakukan secara cermat melalui evaluasi setiap akhir unit pelajaran.
Dirancang sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajarnya masing-masing.
Dirancang berdasarkan ketuntasan adalah 75 %.
Prinsip- Prinsip Pembelajaran dengan Modul:
Hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran
Tes untuk menentukan Pencapai tujuan pembelajaran
Bahan Ajar
Umpan Balik
Komponen – Komponen Modul dalam Pembelajaran:
Pendahuluan
Tujuan Pembelajaran
Tes Awal
Pengalaman Belajar
Sumber Belajar
Tes Akhir
Manfaat Modul:
Mengatasi kelemahan sistem pengajaran tradisonal
Meningkatkan motivasi belajar
Meningkatkan kreatifitas pelatih dalam mempersiapkan pemebelajaran individual
Mewujudkan prinsip maju berkelanjutan
Mewujudkan belajar yang berkonsentrasi

Indentifikasi profil Lulusan pendidikan di abad ke 21 sesuai dengan 4 (empat) pilar pendidikan dari UNESCO


Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty first Century” yang dipimpin oleh Jacques Delors merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran yaitu :
Learning to know (Belajar untuk menguasai..pengetahuan)
Learning to do (Belajar untuk menguasai keterampilan )
Learning to be (Belajar untuk mengembangkan diri)
Learning to live together (Belajar untuk hidup .bermasyarakat)

Learning to know
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan.
Guna merealisir learning to know, pendidik seyogyanya tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi melainkan juga fasilitator. Di samping itu pendidik dituntut dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan peserta didik dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu
Learning to do
Pendidikan merupakan proses belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan nilai. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.
Learning to do bisa berjalan jika lembaga pendidikan memfasilitasi peserta didik untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan, namun tumbuh berkembangnya tergantung pada lingkungannya. Dewasa ini keterampilan bisa digunakan menopang kehidupan seseorang, bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.
Learning to be
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses belajar menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma & kaidah yang berlaku di masyarakat, serta belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya adalah proses pencapaian aktualisasi diri.
Pengembangan diri secara maksimal (learning to be) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak & kondisi lingkungan nya. Kemampuan diri yang terbentuk di sekolah secara maksimal memungkinkan anak untuk mengembangkan diri pada tingkat yang lebih tinggi.
Learning to live together
Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).
Salah satu fungsi sekolah adalah tempat bersosialisasi, artinya mempersiapkan siswa untuk dapat hidup bermasyarakat. Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan di lingkungan sekolah. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima, perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya “learning to live together”.
1. Learning to know : Penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk di dalamnya Learning to How
2. Learning to do : Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi.
3. Learning to be : belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama.
4. Learning to live together : Belajar memhami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. 
abad 21 sudah melangkah cukup panjang, tetapi konsep bahwa sekarang semua orang sedang memasuki Abad 21 masih tetap dapat digunakan. Pada titik inilah peran teknologi informasi dan komunikasi yang memang menunjukkan kemajuan luar biasa dan sangat signifikan sangat diperlukan untuk mengimplementasikan empat pilar pendidikan di atas. Abad 21 merupakan era Learning Society – Masyarakat Pembelajar – yang memungkinkan setiap orang belajar dan mengakses informasi dimana pun tanpa dibatasi ruang dan waktu

permasalahan pendidikan di Indonesia secara makro berdasarkan skala prioritas dan jelaskan prosedur pemecahannya menurut dimensi implementasi kurikulum


permasalahan pendidikan di indonesia yaitu
Efektifitasan Pendidikan Di Indonesia Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna. Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.

Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.
Efisiensian Pengajaran Di Indonesia Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati. 
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih. 
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik. 
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.
Standardisasi Pendidikan Di Indonesia Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.